abis bingung mau nulis pake b.inggris kaya gimana lagi..
jadi gini ceritaku waktu umurku masih 10th di Belanda..sebenarnya aku udah lupa, aku tau kisah lengkapnya itu aja dari mamaku..karena seingetku cuma kena badai saljunya saja, tapi soal yang lainnya sungguh,, aku sudah lupa!!!(ke Belanda tanpa adikku karena dia belum boleh ikut waktu itu,, kasihan!!)
just look ok??!
Musim dingin di Belanda adalah pengalaman pertama aku melihat salju secara langsung. Menyaksikan butir-butir salju berjatuhan di balkon dan lanskap yang memutih sejauh mata memandang, semua sungguh tampak begitu indah.

Akan tetapi, salju sebenarnya juga menyimpan cerita buruk. Dan aku juga telah benar-benar mengalaminya—di saat yang sungguh tepat!
Kejadian itu terjadi satu hari setelah badai salju yang melanda Belanda. Minggu, 20 Desember, salju turun sepanjang hari sehingga ketebalan salju di balkon saya hampir mencapai 30 cm! Menurut berita di situs Radio Nederland, Badai salju yang turun di beberapa negara Eropa ini memang telah memakan cukup banyak korban(kata mam sii begitu).
Aku juga menjadi korban keesokan harinya, saat aku hendak berangkat liburan ke Frankfurt dengan menggunakan bus Eurolines dari Utrecht CS. Menurut jadwal dan tiket yang saya pegang, bus Eurolines ke Frankfurt akan berangkat pukul 09.45 dari Utrecht CS. Jadi, pukul 8.30 saya sudah menuju Utrecht CS dan tiba di halte bus Eurolines di Jaarbeursplein pada pukul 09.00.
Halte bus Eurolines satu komplek dengan halte bus-bus antarkota lain di sisi barat Utrecht CS itu. Kabar buruknya: tak ada tempat duduk untuk orang-orang yang menunggu di ruang terbuka itu. Jalanan, pohon-pohon yang meranggas, sepeda yang diparkir cukup lama, semua memutih akibat badai salju kemarin. Putih dan tebal. Butir-butir salju di pepohonan itu sesekali tertiup angin dan jatuh ke bawah.
Aku berdiri saja di halte Eurolines bersama beberapa saudaraku yang juga sedang menunggu bus. Tas punggungku tak dilepas. Tak lama setelah aku di situ, ada 4 mahasiswa Indonesia dari Deventer juga tiba di halte tersebut. Mereka mau berlibur ke Paris dan juga menggunakan Eurolines(mamaku mengobrol dengan mereka katanya).
Waktu berjalan melambat saat menunggu. Tak terasa waktu menunjukkan pukul 10 pas. Aku sangat kedinginan, karena udara dingin di situ seperti sudah sulit ditahan. Yang paling terasa adalah kaki dan tangan—agak kaku, seperti mau membeku. Karena itu, sesekali aku pindah ke tempat lain yang tak bersalju, agar sepatu tak bersentuhan langsung dengan salju tebal itu. Tapi tetap saja. Karena dingin telah menyebar ke mana-mana.
Saat pukul sebelas tampak ada bus Eurolines masuk ke area Jaarbeurs, aku berharap ini adalah bus ke Jerman. Ternyata itu bus ke Paris.
Jelang pukul 12, aku sudah tak tahan dengan dingin dan penantian yang serba tak jelas itu. Aku heran, mengapa tak ada kabar dari Eurolines. Papa sudah mencoba menelepon nomor kantor Eurolines di Amsterdam, tapi tetap harus antre panjang di jalur telepon itu sehingga papa akhiri saja. Aku masuk ke komplek Utrecht CS. Mungkin bisa sedikit menghangatkan badan, pikir papa, dan sekalian untuk ke toilet.
Jelang pukul 12, aku sudah tak tahan dengan dingin dan penantian yang serba tak jelas itu. Aku heran, mengapa tak ada kabar dari Eurolines. Papa sudah mencoba menelepon nomor kantor Eurolines di Amsterdam, tapi tetap harus antre panjang di jalur telepon itu sehingga papa akhiri saja. Aku masuk ke komplek Utrecht CS. Mungkin bisa sedikit menghangatkan badan, pikir papa, dan sekalian untuk ke toilet.

Dan ini dia kabar buruknya: setelah diperiksa, si petugas mengabarkan bahwa bus Eurolines ke Frankfurt baru saja meninggalkan Utrecht! Papa pun menerangkan bahwa kita telah menunggu di halte selama hampir 3 jam, dan tak ada kabar apa pun, sampai akhirnya papa memutuskan untuk masuk ke Utrecht CS karena sudah tak kuat menahan udara dingin. Si petugas menjelaskan bahwa hari itu semua jadwal bus menjadi kacau karena badai salju.
Tapi kita tetap saja heran: apa gunanya papa memberi nomor teleponnya di formulir pemesanan tiket jika dalam situasi darurat seperti ini kita sama sekali tak mendapat kabar! Memang sih, tiket Eurolines itu hitungannya bisa relatif murah. Tapi kan itu bukan alasan untuk membuat penumpang terlantar kedinginan. Satu-satunya jalan keluar adalah menunggu bus berikutnya. Dan itu, paling cepat, pukul tiga sore. Aku harus bersabar dan bertahan di tengah cuaca dingin.
Akhirnya, pukul empat kurang seperempat aku sudah berada di dalam bus Eurolines ke Frankfurt. Gara-gara badai salju, aku dan papa mamaku sudah terhukum kedinginan di Utrecht CS menunggu bus. Sungguh ini adalah pengalaman terburukku selama di Belanda.
Hahaha copy paste ni orang...
BalasHapus